welcome to website <Assalamualikum Wr Wb>  
 
  waspada potensi bencana saat bulan purnama 04/19/2025 11:57pm (UTC)
   
 

WASPADAI POTENSI BENCANA SAAT BULAN BARU DAN PURNAMA

T. Djamaluddin Peneliti Utama Astronomi Astrofisika/Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN Bandung Gelombang pasang yang menghantam pantai barat Sumatra serta pantai selatan Jawa dan Bali pada 17 – 18 Mei 2007 dianggap misterius atau aneh. Tanpa ada gejala gempa-tsunami atau angin kencang, gelombang yang menghantam pantai ada yang mencapai ketinggian 7 meter. Beberapa laporan menyebutkan gelombang meninggi pada malam hari. Fenomena lain adalah banjir tak biasa yang terjadi Surabaya, tanpa hujan tetapi air meninggi karena pasang air laut pada 18 Mei 2007. Peristiwa gelombang besar di pantai yang menghadap Samudra Hindia dan banjir di Surabaya tersebut bukan peristiwa yang terpisah. Fenomena pasang air laut maksimum saat bulan baru menjadi penyebab utama. Gelombang pasang merupakan efek penguatan antara fenomena pasang maksimum dan angin, sehingga menimbulkan gelombang besar yang merusakkan daerah pantai. Kombinasi efek penguatan tersebut memang jarang, tetapi harus diwaspadai. Pada saat bulan baru atau bulan purnama, pasang akibat gravitasi bulan diperkuat oleh gravitasi matahari yang berada hampir satu garis. Akibatnya air laut naik lebih tinggi dari pasang biasa. Air pasang akan makin tinggi bila posisi bulan dan matahari segaris dan jaraknya dari bumi pada posisi terdekat. Pada bulan Mei 2007 potensinya cukup membuat menguatnya efek pasang bulan-matahari. Deklinasi bulan dan matahari hanya beda sedikit dan jarak bulan – bumi hampir pada posisi terdekat, hanya 362.307 km dari rata-rata 384.401 km. Ini berpotensi menyebabkan pasang tinggi. Bila efek pasang ini diperkuat oleh efek meteorologis akibat angin, maka gelombang besar berpotensi terjadi. Sesuai dengan konfigurasi bumi-bulan-matahari, pasang maksimum di laut terjadi sekitar tengah malam atau sekitar tengah hari. Di Indonesia, potensi bencana saat bulan baru atau bulan purnama juga perlu diwaspadai di daerah rawan gempa. Efek pasang maksimum bulan-matahari bisa juga memicu pelepasan energi di lempeng bumi berupa gempa. Gaya difrensial dua arah, menuju atau menjauhi bulan-matahari berpotensi menggangu struktur lempeng bumi di daerah perbatasan malam dan siang. Hal ini dapat difahami, pelepasan energi saat gempa Aceh pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dan saat gempa Yogya sekitar pukul 06.00. Beberapa kejadian gempa besar di Indonesia yang sangat merusakkan terjadi sekitar bulan baru atau purnama. Gempa Alor pada 12 November 2004 terjadi menjelang bulan baru, 28 Ramadhan 1425. Gempa Nabire pada 26 November 2004 terjadi menjelang purnama, 13 Syawal 1425. Gempa Aceh pada 26 Desember 2004 terjadi saat purnama, 14 Dzulqaidah 1425. Gempa Simeulue pada 26 Februari 2005 terjadi setelah purnama, 16 Muharram 1426. Gempa Nias pada 28 Maret 2005 terjadi setelah purnama, 17 Safar 1426. Gempa Mentawai pada 10 April 2005 terjadi pada bulan baru, 1 Rabiul Awal 1426. Dan gempa Yogya pada 27 Mei 2006, terjadi menjelang bulan baru, 29 Rabiuts Tsaniah 1427. Pengalaman ini menyarankan untuk memasukkan faktor astronomis efek pasang bulan-matahari pada analisis peringatan dini meteorologis-geofisis. Indonesia yang merupakan kepulauan dan secara geologis sangat aktif perlu menambah kewaspadaan pada plus-minus tiga hari sekitar bulan baru dan purnama.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Today, there have been 9 visitors (11 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free